Masih terbayang
jelas saat masih di SMA. Waktu pelajaran matematika yang materinya tentang
logika. Guru kami Pak Sukijo namanya. Orangnya agak pendek, sedikit gempal,
jarang tersenyum. Kalau mengajar sangat cepat. Sehingga menjadi bahan gunjingan
teman-teman saat bergurau. Tapi aku sangat suka dengan tipe beliau terutama
memberika materi pelajaran seperti bis patas. Membutuhkan konsentrasi yang
ekstra. Terlena sedikit jelas sangat ketinggalan, sebab materi logika bagaikan
spiral. Step satu dengan step yang lain saling berhubungan. Tertinggal satu
loncatan, tak mungkin bias menguasai tahap berikutnya. tamat sudah riwayat untuk
pelajaran logika.
Pelajarannya
sangat sederhana. Hanya merangkai kalimat dengan kalimat lain yang terangkai
dalam sebuah pernyataan. Contoh :
Bila
Adi lulus, maka akan diberi sepeda.
Bila adi lulus
adalah sebuah pernyataan. Akan diberi sepeda juga merupakan pernyataan. Bila Adi lulus maka akan diberi sepeda adalah
sebuah rangkaian pernyataan yang bernilai benar. Karena kalimat pertama dan
kedua saling terkait. Untuk membuktikan bahwa kalimat itu memang benar, maka
didalam matematika kalimatnya dibalik. Maka akan berbunyi : “Akan diberi sepeda, bila Adi lulus”. Kalimat
tadi juga bernilai benar.
Kalau pernyataan
itu di negasi (dalam bahasa sederhana adalah kontra), juga akan mengandung
nilai kebenaran.
“Bila Adi tidak lulus,
maka tidak akan diberi sepeda”.
Untaian dua pernyataan tersebut mengandung
nilai kebenaran. Itulah kaidah logika dalam matematika.
Namun dalam
kenyataan yang dapat kita serap ada juga yang menjungkir balikkan kalimat.
Bila
Adi lulus, maka tidak akan diberi sepeda
Bila
Adi tidak lulus, maka akan diberi sepeda.
Pernyataan diatas
adalah salah menurut isme matematika. Tapi akan bernilai benar menurut versi
Srimulat.
Bila
Adi lulus, maka tidak akan diberi sepeda (karena ternyata duitnya tidak ada)
Bila
Adi tidak lulus, maka akan diberi sepeda.(karena ternyata orangtuanya kasian sama Adi)
Dalam matematika
ada aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Kalau Anda tidak ikut menandatangani kesepakatan, itu
lain masalah. Simbol ataupun tanda yang ada dalam matematika dimaksudkan untuk
mempermudah membaca. Simbol memiliki fungsi menerangkan. Dengan symbol orang akan
mengetahui maksud dan tujuan penulisan. Makanya seringkali matematika disebut
dengan bahasa simbol. Untuk dapat memahami bahasa symbol, perlu proses. Tidak
serta masuk dalam ke area pemahaman. Karena symbol sesungguhnya adalah abstrak.
Simbol memiliki konskwensi, sehingga hingga menjadi benar. Misal ada pernyataan x + 3 = 5,
Tentukan nilai x maka kalimat itu menjadi benar bila x = 2.
Bila Ada bertanya
pada : Dalam sebuah piring terdapat 6 buah jeruk. Bila diambil dua buah jeruk berapakah
jeruk yang tersisa. Secara spontan Anda akan menjawab “ 4 “. Namun kalau pertanyaan
ini dirimulat akan menjawab “masih 6” karena Cuma diambil tidak dimakan.
Wah boleh juga nih!Mendalami matematika dengan logika!
BalasHapus