![]() |
dokumen pribadi |
Agenda rutin di akhir tahun, biasanya
adalah perkemahan. Kegiatan ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan skill
siswa dalam menyerap materi ekstra kurikuler kepramukaan/kepanduan. Macam
ekstra kurikuler ini sebenarnya sudah ada sejak dahulu. Sebelum orde baru
berkuasa, gerakan kepanduan telah eksis sebagai salah satu kegiatan dalam
masyarakat. Kepanduan muncul, disebabkan untuk menampung pemuda/pemudi dalam menggembleng
masyarakat untuk cinta terhadap tanah air. Namun setelah orde baru menggenggam
kekuasaan, gerakan kepanduan dilebur menjadi pramuka.
Suatu kali, dilaksanakan rapat guru untuk
membahas kegiatan perkemahan. Kegiatan ini saya pandang paling ribet, karena
perkemahan ibarat melakukan aktifitas di suatu tempat yang jauh dari sekolah
dan dalam waktu tertentu. Biasanya 3 hari. Waktu yang sesingkat itu, tapi
persiapannya berminggu-minggu. Kadangkala mengalahkan kewajiban siswa itu
sendiri, yaitu belajar.
Praktis kegiatan sehari-hari yang
biasanya dilakukan di rumah akan dibawa ke tempat lain. Mulai dari bangun
tidur, sampai tidak bias tidur lagi. Bagi yang jarang meninggalkan rumah, yang
terbayang adalah bagaimana membawa barang pribadi yang sepraktis mungkin.
Perdebatanpun tak terhindarkan, meskipun
kegiatan ini sebenarnya hampir dilakukan setiap tahun. Gagasan yang terlontarpun
berkutat diseputar bagaimana agar ditempat yang baru dapat dinikmati senyaman
mungkin, kalau bisa seperti berada di rumah. Ada tempat tidur, kamar mandi yang
bagus, mengikuti terus acara sinetron. Padahal
tujuan utama perkemahan bukan itu. Tujuan utamanya adalah bagaimana kita bisa
eksis hidup di tempat yang baru, dengan membawa perlengkapan seminimal mungkin.
Kesalahan yang kedua, dalam setiap
pembicaraan perkemahan adalah meniadakan keberadaan anak didik. Siswa yang akan
kita bentuk sikapnya, bukan lengkap atau tidaknya membawa barang bawaan. Justru
dengan tempat yang baru itu, dengan peralatan yang terbatas itu, kita bisa
mengangkat motivasi siswa dalam hal kemandirian agar tegar dalam menghadapi
situasi yang serba terbatas.
Kesalahan lain, masih menyamakan budaya
saat kita berkemah dulu dengan kondisi sekarang. Tidak jarang, pihak sekolah
menyalahkan anak, hanya karena tidak bisa menanak nasi. Tidak sedikit siswa
yang mampu membelah bambu. Apa memang materi kepramukaan yang disampaikan sudah
ada prak tek menanak nasi? Apa ada pelajaran memotong dan membelah bambu?
Mungkin kita telah salah arah. Materi
dalam kepramukaan biasanya mengenal sandi, morse, tali-temali, mendirikan
tenda. Namun yang dinilai malah bukan
dari materi kepramukaan. Kalaupun toh ada, biasanya bobot penilaiannya kecil.
Kita tidak berfikir, bahwa jaman sekarang semuanya serba praktis. Mendirikan
tenda tidak harus dengan tali, makan sehari-hari tidak harus dengan menanak
nasi. Toh…mendirikan tenda, menanak nasi tidak ada dalam pelajaran. Justru pelajaran
untuk membangkitkan semangat, memupuk persudaraan, menggalang kerjasama antar
teman, memupuk cinta tanah air, yang setiap hari ditemui dalam kelas malah
ditinggalkan.
tulisan lain dapat dilihat disini
Posting Komentar untuk "Semangat, Mestinya seperti Perkemahan"