dokumen pribadi |
Dalam
sebulan ini saya berkesempatan bersua dengan mantan siswa saya dari angkatan
alumni yang berbeda-beda. Sungguh senang saya bisa bertemu dengan mereka
setelah puluhan tahun berpisah.
Ada
banyak ragam yang saya jumpai, baik wajah, badan yang semakin kekar dan
semampai, profesi yang digeluti tiap hari, sampai pada status keluarga maupun
pendidikan terakhir. Walaupun dahulu mereka datang ke sekolah dengan kondisi
yang nyaris sama, namun sekarang sudah menjadi kepribadian masing-masing.
Dulu,
saat saya masih bertatap muka langsung dengan mereka, saya sedikit mengetahui
dengan persis watak dan tingkah laku mereka. Umur yang hampir seragam, tingkah
polah yang hampir mirip, beraninya hanya saat bergerombol, senengnya tidak
karuan bila mendengar pengumuman libur atau pulang pagi, namun kepribadian
masing-masing siswa sebenarnya berlainan. Sampai saat inipun kepribadian mereka
masih melekat, sekalipun ada satu atau dua orang yang berubah cukup drastis.
Setelah
saya amati sekilas yaitu pada waktu mereka masih duduk di bangku sekolah dengan
keadaan sekarang ini, ada beberapa catatan yang perlu saya ungkapkan.
1. Trampil Berpikir
Sebagaimana pelajaran yang saya ampu yaitu matematika, pelajaran
yang memang lebih cenderung menekankan kerangka berfikir nalar. Logika yang
dibangun harus runtut. Disinilah aktifitas yang menuntut adanya ketrampilan
berpikir yang cepat dan tepat. Cepat dalam arti sesuai dengan kaidah-kaidah
yang berlaku dalam matematika, cepat dalam perhitungan, dan tepat sesuai dengan
pernyataan.
Siswa yang mampu trampil dalam berpikir, lebih cepat
membaca peluang. Sejak lulus dari SMP ia bisa memilih pendidikan berikutnya
sesuai dengan kemampuan dan prospek masa depan. Setelah tamat SMA ia mampu
membaca peta perguruan tinggi. Demikian pula waktu memasuki dunia kerja, ia
juga lolos dari persaingan yang ketat. Meraih peluang bukan berarti asal maju,
tapi meraih peluang penuh dengan perhitungan.
2. Berani Berbeda
Sampai saat ini masih sangat sedikit saya menjumpai siswa
yang berani berbeda. Apa karena memang kesukaan mereka masih senang bergerombol
ataukah masih takut untuk mengemukakan pendapat. Ataukah memang model
pembelajarannya masih mengandalkan pola lama, yaitu menjadikan guru sebagai
satu-satunya sumber belajar. Namun dari yang sedikit itu, sekarang baru
terlihat hasilnya, bahwa mereka yang berani berbeda, ternyata lebih menikmati
profesinya. Inilah keuntungan cara berpikir dalam hidup yang semakin beragam.
Membangun karakter ternyata perlu ketahanan mental yang kuat. Saat orang lain
berbondong-bondong ke selatan, ia malah berjalan berkebalikan. Menjadi
wiraswasta ternyata menjadi pilihan yang tepat. Mendirikan EO (event
organization) adalah pilihan yang lain. Sikap kemandirian sangat jelas.
3. Disiplin dan Tanggung Jawab
Tipe ini adalah sangat cocok untuk siswa yang tidak
pernah dipanggil BP (Bimbingan dan Penyuluhan). Siswa dengan takzim mengikuti
peraturan yang berlaku disekolah. Baginya dipanggil BP adalah haram dan malu.
Sekalipun sebenarnya BP tidak hanya menangani anak yang indisipliner, tetapi
bimbingan untuk meraih cita-cita juga menjadi bidang garapan BP.
Dengan disiplin dan tanggung jawab yang kuat, ternyata
mereka lancar-lancar saja dalam mengarungi perjalanan hidup. Tak menonjol amat juga
tidak terpuruk. Bila boleh saya menggolongkan dalam katagori perekonomian,
mereka ini termasuk kelompok ekonomi menengah. Negara yang stabil ditopang oleh
kelompok ekonomi menengah.
Posting Komentar untuk "Kepribadian Hampir Tak Pernah Berubah"