![]() |
sumber gambar : sayoudancity.blogspot.com |
Reformasi
bergulir dengan segala korbannya, nama departemen ini bercerai dengan alasan
karena pendidikan dan kebudayaan memiliki bidang garap yang berbeda. Pendidikan
harus dikelola sendiri, kebudayaan harus digarap tersendiri. Otomatis
menteripun juga berbeda. Satu menteri mendalami sekolah, sejak TK sampai S-3.
Menteri kebudayaan memberdayakan seni dan budaya.
Arief
Rahman Hakim, seorang pakar pendidikan
mengatakan : “ Sebaiknya jangan dipisahkan. Program Pendidikan membuat
Kebudayaan yang baik, dan Kebudayaan melahirkan Pendidikan yang Mulia”. Lebih
jauh, beliau meminta agar Tujuan
Pendidikan untuk membentuk masyarakat yang berbudaya dan beradab. Jika sudah
berbudaya maka secara otomatis akan mendorong terbentuknya masyarakat yang
berkecukupan. Pendidikan dan Kebudayaan
ibarat seperti pohon ilmu yang saling terkait dan tidak terpisahkan. Yang harus
dipertegas adalah konsep dan filosofinya.
Bila
merujuk pada definisi kebudayaan, banyak sekali yang menelurkan konsep
kebudayaan. Maestro kebudayaan, Koentjaraningrat misalnya mengatakan bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat. Sedangkan Ki Hajar Dewantara bertutur bahwa
kebudayaan adalah buah budi manusia. Yaitu hasil perjuangan manusia terhadap
dua pengaruh kuat, zaman dan alam. Keduanya merupakan bukti bahwa kejayaan
hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup
dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Itulah konsep
kebudayaan menurut ahli kebudayaan. Sulit kan mencernanya? Sama.
Dari
berbagai pendapat tokoh diatas, maka bisa ditarik benang putih bahwa pendidikan
dan kebudayaan itu adalah :
1. Nafas Kita.
Pendidikan adalah belajar. Belajar
memerlukan waktu 24 jam. Setiap detik harus merupakan pembelajaran. Konsep ini
telah berhasil dilaksanakan oleh pondok pesantren dan individual. Rumah tangga
yang berhasil adalah mereka menerapkan pola belajar 24 jam. Belajar di sekolah
mungkin hanya sebagai referensi, selanjutnya di kembangkan di rumah.
2. Masyarakat
yang menilai.
Budi pekerti atau yang sekarang sedang ngetop adalah pendidikan
karakter (Walaupun sebenarnya saya kurang setuju menyamakan budi pekerti dengan
karakter). Budi pekerti sebaiknya diserahkan kepada masyarakat. Masyarakat yang
mengelola sekaligus menilai. Sebab budi pekerti memang masih tergantung dengan
situasi dan kondisi setempat. Tapi secara umum bahwa satu daerah dengan daerah
yang lain memiliki ruh yang sama yaitu akhlak yang luhur.
Akhlak mengajarkan
manusia menjadi manusia yang sesungguhnya. Budi pekerti meletakkan posisi
manusia. Dengan orang yang lebih tua harus bersikap tertentu, dengan umur yang
sejajar dan umur yang lebih muda menempatkan diri dengan kedudukan tertentu.
Tradisi yang adi luhung juga mendidika agar cinta terhadap alam dan makhluk
yang lain.
Posting Komentar untuk "Pendidikan dan Kebudayaan"