![]() |
dokumen pribadi |
Tahun 2011 ini bertempat di 8
provinsi, 8 kota, 8 sekolah dan 8 sastrawan, termasuk DI Yogyakarta. Di
Yogyakarta yang hadir hanya 4 sastrawan. Prof. DR. Suminta A. Sayuti, Iman
Soleh, Cecep Samsul Hari dan Joni Ariadinata yang merangkap sebagai presenter.
Acara yang dikemas cukup menarik,
sehingga peserta enggan untuk beranjak dari tempat duduk. Joni yang bertindak
sebagai MC berhasil memikat peserta. Sajian seni juga cukup menarik. Grup
karawitan SMPN 1 Yogyakarta, tarian dan nyanyi menjadikan ajang ini menyerupai
pentas seni.
Iman Soleh mengawali baca puisi dengan
gaya teatrikal, karena beliau adalah dosen teater. Dengan kolaborasi gerak
tangan, kaki, pinggul bahkan gelengan kepala, membuat siswa cukup terkejut.
Karena selama ini pembacaan puisi di sekolah hanya mengandalkan ekspresi tangan
dan suara lantang.
Prof. Dr. Suminto berkesempatan tampil
berikutnya. Sekalipun tampil monoton dan tidak banyak gerak, beliau lihai
mengambil hati pemirsa. Dengan bekal akademik yang tidak diragukan lagi, sebelum
membaca puisi, dia bercerita tentang saat masih SMP.
“Syair Gamelan” adalah puisi hasil
karyanya, setelah dia mendengarkan karawitan dari anak-anak dalam pembukaan
acara itu. Disusul kemudian “Syair Kereta” menceriterakan tentang nasib guru
yang mengikuti sertifikasi melalui PLPG.
Penyair ketiga adalah Cecep Syamsul
Hadi. Bagi yang sering membaca majalah Horison dan sastradigital dapat
dipastikan kenal dengan beliau. Penyajiannya cukup menarik karena peserta
diberi peran serta dalam membaca puisi dengan bertepuk tangan yang diiringi
dengan musik. Gedung pertemuan yang tadinya hanya berisi suara monoton, menjadi
gemuruh.
Giliran terakhir adalah Joni
Ariadinata. Tidak membaca puisi tapi cerpen. Peserta cukup terkesima, karena
dibawakan dengan nada suara yang berbeda, tergantung peran yang dibawakan.
Diiringi gerak tangan dan kaki yang menggelikan, menambah daya tarik pembacaan
cerpen.
Sebagai puncak acara adalah giliran
peserta/siswa bertanya kepada sastrawan. Saya perkirakan yang Tanya hanya
sekitar 5 atau 6 anak. Dugaan saya salah. Ternyata yang menanyakan tentang
sastra sampai 30 lebih. Rasa antusias siswa dalam mengapresiasikan sastra patut
diacungi jempol. Sekalipun pertanyaannya hampir senada, namun keberanian rasa
ingin tahu cukup besar. Sastrawanpun dengan penuh kesabaran mendengarkan
pertanyaan dan menjelaskan tentang dunia sastra yang mereka alami.
Posting Komentar untuk "Pujangga Bertutur"