![]() |
dokumen pribadi |
Mengelola
keuangan tidaklah mudah. Hal ini tercermin dari uang pribadi. Neraca keuangan
yang kita kelola, apakah sudah seimbang atau belum, atau malah lebih besar
pasak dari pada tiang, akan terlihat dan kita rasakan. Mengatur keuangan yang
baik tidak tergantung langsung dengan besar kecilnya uang. Apakah dengan uang
melimpah akan dengan mudah mendapatkan hasil yang bermanfaat? Atau, bisa jadi,
dengan uang sedikit tetapi yang dikelola dengan baik, akan mendatangkan manfaat
yang besar.
Mengatur
uang masuk dan keluar dalam sebuah institusi akan lebih rumit dan cukup repot,
bila tidak didasari pada manajemen keuangan yang baik. Uang yang ada di lembaga
atau institusi adalah uang amanah, yang harus dibelanjakan dengan baik dan
benar. Tidak hanya menyangkut pertanggungjawaban saja, namun penggunaan uang
yang berdaya gunalah yang mesti diperhatikan. Transparansi saja tidak cukup.
Harus ada nilai lebih yang perlu diraih.
Uang
sekolah termasuk amanah dari orang lain yang harus dikelola dengan
sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang memiliki manfaat yang besar. Focus
untuk mengantarkan siswa supaya menjadi manusia yang sesuai dengan visi dan
misi sekolah. Apapun barang dan jasa yang harus dibelanjakan, asal menghasilkan
siswa yang berbudi luhur, mencapai kecerdasan yang optimal, orang lain akan
tetap menaruh kepercayaan kepada sekolah.
Dalam
tulisan berikut ini, saya tidak akan membahas bagaimana cara mendapatkan dana,
namun bagaimana meramu keuangan yang ada di sekolah. Sekolah swasta ataupun
negeri sama saja. Sekolah negeri maupun swasta sama-sama memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing.
Secara
garis besar, uang sekolah dibelanjakan untuk pembelian barang dan jasa.
Pembelian barang meliputi pemenuhan kebutuhan untuk kegiatan pembelajaran, bisa
berujud pengadaan barang yang baru, perbaikan ataupun pembaharuan barang.
Belanja jenis barang seperti ini relatif mudah. Rumusnya cukup sederhana “asal
ada uangnya”.
Pengeluaran
yang lain menyangkut jasa. Honorarium mengajar, tenaga administrasi dan
pengeluaran lain yang dianggap jasa. Biasanya cukup rumit bahkan nyaris ramai.
Karena menyangkut uang yang akan dibagikan kepada orang lain ataupun diri
sendiri.
Bila
pengelolaan keuangan sekolah hanya sebatas pada dua keran itu, maka sekolah
akan mengalami stagnan. Berhenti dalam arti tak ada kemajuan dalam prestasi. Sebab
sumber keuangan hanya lari ke barang atau jasa.
Bila
sekolah tidak akan mengalami proses jalan ditempat atau bahkan kemunduran, maka
harus dibuka sebuah keran lagi yaitu “sumber daya manusia”. Dana jalur ini
dapat berupa : pelatihan, mengikuti workshop, membudayakan penelitian,
mendatangkan nara sumber yang kompeten dll. Sudahkan sekolah menyediakan
alokasi dana untuk peningkatan SDM?
Ada
beberapa sekolah yang telah menyisihkan dana yang cukup melimpah. Namun tidak
sedikit, sekolah yang hanya sekedar mencantumkan anggaran untuk SDM, tanpa
didasari analisa kebutuhan yang real. Diibaratkan hanya air yang menetes. Bandingkan
dengan pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa. Bahkan ada juga sekolah
yang sama sekali tidak mau memikirkan potensi manusianya.
Sudah
saatnya sumber dana diberdayakan dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan membagi
anggaran yang berimbang. Lebih mulia lagi, bila keran SDM akan mendapat porsi
yang cukup besar. Limpahan dana yang cukup deras, akan menghasilkan SDM yang
berkualitas, sesuai dengan tuntutan jaman.
Posting Komentar untuk "Kemana Uang Sekolah Mengalir?"