![]() |
sumber gambar : hidupgaya.com |
Ada
kerinduan yang amat sangat menyengat di relung hati, manakala saya menikmati
secangkir teh asli Tambi. Tambi adalah nama desa dilereng gunung Petarangan.
15-an kilometer dibawah Dieng, Wonosobo. Tambi merupakan daerah penghasil teh
yang terkenal sejak jaman penjajahan Belanda.
Sebelum
kemasan teh Tambi seperti yang sekarang bisa kita rasakan, teh diolah dengan
cara tradisional. Teh Tambi jaman dulu, masih berbentuk daun kering, warna
hitam, tidak ditambah dengan bumbu apapun. Rasanya luar biasa pahit tapi sepet
dan tentu saja enak. Itulah kerinduan yang selalu menyembul, manakala meneguk
teh, diseduh tanpa gula lebih nikmat.
Berbeda
dengan ujud teh sekarang. Tehnya sudah melalui proses di pabrik, lembut, dan
warnanya hijau. Enak juga. Tapi tidak seenak teh hasil olahan ibu-ibu, dengan
cara dimasak dengan kuali tanah. Rasanya murni teh pegunungan.
Bagaimana
nenek moyang kita bisa menemukan teh sebagai minuman. Apakah mereka menemukan
dengan penelitian? Atau kebetulan belaka? Konon, teh yang pertama kali
ditemukan pada tahun 2.737 SM diperoleh secara tak sengaja. Serdadu kaisar Sheh
Nong, suatu saat beristirahat di hutan. Juru masak, sebagaimana biasanya
memasak air untuk penawar dahaga. Tanpa sengaja, daun teh jatuh kedalam air
yang telah mendidih. Efeknya menimbulkan kesegaran, setelah diminum. Oleh sang
kaisar daun teh ini kiriman dari surga. Maka setiap minum teh, diikuti dengan upacara-upacara
tertentu sebagai bentuk nilai sacral. Tidak semua orang boleh minum teh. Hanya
kalangan kerajaan dan tamu agung.
Rupanya
ritual minum teh ini, dipopulerkan oleh Sen No Rikyu untuk keluarga kaisar
Jepang pada abad 16. Di Jepang, minum teh lebih rumit lagi. Tidak sembarangan
orang boleh minum teh. Setiap adegan demi adegan ada aturannya. Bahkan upacara
minum teh harus dipandu oleh orang yang sudah ahli. Jamuan minum teh, merupakan
bagian dari pertemuan tingkat tinggi. Minum teh adalah peristiwa untuk
memikirkan Negara.
Raja
Charles II dan istrinya Catherine de Bragarza, adalah orang yang mempelopori
minum teh dikalangan Bangsawan Inggris. Ritual minum teh di Inggris ini bisa
dilacak sejak tahun 1652. Demikian pula kebiasaan petinggi Negara di Rusia.
Mereka melakukan acara minum teh dengan cara berdiri. Meniru Eropa.
Lain halnya di Irak.
Minum teh adalah kewajiban. Berapapun banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
Betapapun letih, setelah seharian kerja. Apapun kesibukannya, bila sore menjelang
tiba, minum teh adalah bagian dari kewajiban. Dengan cara melingkar, khas etnik
arab berkumpul, mereka asyik bertukar pikiran sambil minum teh. Belum ada
informasi, apakah pada saat Irak perang dengan Iran maupun sekutu, mereka
sempat minum teh kala sore hari?
Posting Komentar untuk "TEH"