![]() |
dokumen pribadi |
Maka jadilah saya disebut
“Bang Ali”, sebutan yang terasa akrab dan dihormati. Saya terima sebutan itu,
bahkan kemudian dinobatkan oleh sebuah yayasan masyarakat Jakarta Yayasan Husni
Thamrin yang dipimpin oleh Mayjen Dr. Azis Saleh, sebagai Bang Ali dan istri
saya “Empok Nani” dalam satu upacara yang serba Jakarta. Pakian ala Jakarta,
suguhan ala Jakarta, dan dekorasi ala Jakarta. Pendeknya : semua serba Jakarta.
Dan memang saya mendambakan sekali agar semua orang yang tinggal di Jakarta ini
merasa bahwa mereka penduduk Jakarta, bukan lagi penduduk tempat lain. Mereka
harus mencintai Jakarta, merasa bagian dari Jakarta.
Kutipan
diatas saya sadur dalam sebuah buku : Ali Sadikin Membenahi Jakarta Menjadi
Kota Yang Manusiawi, buah tangan Ramadhan K.H.
Diangkat
langsung oleh menjadi Gubernur Jakarta oleh Presiden Soekarno, Bang Ali sukses
menjadi pemimpin dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pernah
digadang-gadang menjadi Presiden oleh mahasiswa di Jakarta, namun tokoh orde
baru tidak berkenan. Makanya tidak heran bila saat ini sebagian warga DKI
Jakarta mendambakan pemimpin seperti beliau.
Buku
itu saya dapatkan sebenarnya sudah lama, tapi belum sepertiga yang sempat saya
baca. Tiap bagian dalam bab, banyak inspirasi yang saya dapatkan. Seperti
kutipan di atas.
Bang
Ali menginginkan agar semua warga Jakarta, baik yang penduduk asli maupun
pendatang, dapat merasakan menjadi warga Jakarta. Oleh karenanya, dalam setiap
kebijakannya hampir selalu bermusyawarah dengan warga. Sehingga kebijakan yang
diambil mengakar. Demikian pula pada saat sosialisasi, beliau turun langsung di
tengah masyarakat, setelah sebelumnya dikonsultasikan dengan pihak DPR.
Ada
beberapa pemerintah daerah, Gubernur dan
Bupati atau Wali Kota secara diam-diam meniru model Bang Ali. Yaitu menjadikan
daerahnya benar-benar menjadi milik masyarakat dengan tidak memandang suku dan
agama. Disaat semangat otonomi daerah yang disakralkan, beberapa jabatan harus
dipegang oleh pribumi, invertor harus putra daerah, masih ada beberapa kepala
pemerintahan yang masih waras. Ia lebih mengutamakan semangat kompetensi. Ia
masih sadar bahwa semua warga adalah orang Indonesia.
Semangat
yang disebarkan oleh Bang Ali, mestinya bisa diserap oleh semua kepala wilayah
sampai kepada Bapak/Ibu RT (Rukun Tetangga). Bahkan kepala rumah tangga. Bahwa
semua warga berhak untuk mendapatkan rasa nyaman. Sebaliknya, wargapun harus
memiliki kewajiban untuk menciptakan suasana yang aman dan damai.
Menjadi
tuan rumah yang baik ternyata tidak mudah jika tidak terbiasa berkecimpung
dalam bermasyarakat.
Perbedaan
cara pandang mesti disikapi sebagai sebuah wawasan. Mengayomi masyarakat juga
bukan perkara gampang manakala kita tidak menghargai orang lain. Berbahagialah
bila kita hidup dalam masyarakat yang heterogen.
Posting Komentar untuk "Jadilah Tuan Rumah yang Baik"