![]() |
dokumen pribadi |
Tulisan
saya tentang mengelola stress mendapat komentar dari bang Joy Noor Dany dan
Herawati Suryanegara. Dalam komentarnya dia takut dengan kecoa dan kucing.
Orang lain pasti akan tertawa dengan ketakutan bang Joy Noor Dany dan Herawati .Padahal
takut sebenarnya melekat dalam setiap manusia. Macamnya berbeda-beda. Takut
binantang buas wajar. Takut naik kendaraan yang berjalan cepat, wajar. Namun
takut kucing, sementara ini orang menganggap tidak wajar. Bagaimana tidak?
Kucing adalah sahabat manusia, sebagaimana burung, ayam dan binatang ternak
lainnya.
Saya
jawab di komentar itu, bahwa ada orang yang takut dengan cicak. Jawaban itu saya
ambil dari tulisan Leila Ch Budiman, dalam bukunya : Berdamai Dengan Stress
(Rubrik Konsultasi Psikologi Kompas),
terbitan tahun 1999. Buku itu saya beli dalam sebuah pameran buku, yang
masuk dalam rak obral. Harganya cuma Rp. 10.000. Murah sekali. Tapi dari buku
ini, saya memiliki pengembangan wawasan tentang psikologi. Ada banyak hal yang
perlu dikonstruksi ulang dalam lembaga yang bernama Bimbingan dan Konseling di
sekolah. Saya tidak akan membahas tentang Bimbingan dan Konseling. Insya Allah
lain waktu kalau ada kesempatan.
Terus terang Bu, sebenarnya saya malu
mengungkapkan ini. Sebab banyak teman yang tidak percaya. Disangkanya saya
bergurau sebab ketakutan saya tidak biasa, Bu, yaitu saya takut sekali dengan
cicak. Jika ada cicak di kamar, saya tidak dapat tidur sepanjang malam. Saya
takut sekali.
Yang menyulitkan adalah jika saya
berkunjung ke rumah orang dan di dindingnya ada cicaknya. Jantung saya berdetak
kencang, saya jadi bersikap serba salah, ingin pergi saja dari situ. Kalau saya
teruskan duduk di sana, saya jadi pusing, kehilangan konsentrasi sampai terasa
pengap, sukar bernafas.
Ini sangat menggganggu saya. Sampai
kalau memasuki rumah orang, saya tidak berani melihat ke atas, saya melihat ke
bawah saja. Teman-teman tidak percaya, jika saya ceriterakan. Mereka tertawa,
malah beberapa sengaja memberikan asbak, mainan gambar cicak. Ini sangat
menjengkelkan sekali. Padahal saya tidaklah penakut, Bu. Saya tidak takut
melihat ular, buaya dan sebagainya.
Bu saya malu sekali dengan ketakutan
ini, adakah orang lain yang begini Bu dan mengapa sampai begini dan bisakah
disembuhkan?
Jawaban
:
Ah,
tidak enak sekali penderitaan Anda. Diburu rasa takut yang luar biasa, karena
hal “sepele”, sampai dianggap lucu dan aneh oleh teman-teman. Apalagi yang
menakutkan itu seliweran dimana-mana. Seperti cicak, kucing, kuman. Alangkah
sumpek dunia ini jadinya.
Sebenarnya
Anda tidak sendiri. Penderita phobia, apabila dalam derajat yang ringan,
sebenarnya banyak sekali. Dalam literatur abnormal psikologi, para peneliti
(Agras, Sylvester dan Oliveu) menemukan 77 penderita dari 1.000 orang di New
England. Namun yang tergolong berat 2,2, per 1.000 orang. Di Indonesia, mungkin
ada ratusan ribu yang senasib dengan Anda. Objek yang ditakuti sangat
bervariasi. Dari berbagai binatang kecil yang tidak berbahaya, sampai yang
tidak berbahaya, seperti gambar, warna, angin lembut nada suara dan sebagainya.
Namun yang paling sering diderita orang adalah takut pada gelap, tinggi, api,
tempat tertutup dan binatang kecil yang menggelikan.
Cara
Penyembuhan.
Penyembuhan
dilakukan oleh seorang terapis, biasanya psikiater (dokter penyakit jiwa).
Proses pengobatannya tergantung pula dari pandangan sang terapis terhadap
penyebab gejala phobia tersebut sehingga terdapat banyak cara dalam
menanganinya. Ada dua cara yang paling populer, yaitu psikoanalisis dan
behavior therapy (penyembuhan tingkah laku).
Sigmund
Frued percaya bahwa phobia disebabkan adanya keinginan-keinginan yang dianggap
tidak baik, yang tanpa disadari ditekan olehnya ke alam bawah sadarnya.
Misalnya hadirnya impuls-impuls agresif atau dorongan seksual. Impuls yang
berbahaya itu berubah menjadi rasa takut yang tidak masuk akal. Muncullah
phobia.
Para
psikoanalis percaya jika perasaan yang tersembunyi itu sudah muncul dalam
kesadaran penderita, maka rasa takutnya akan lenyap atau akan lebih mudah
dikendalikan.
Cara
lain adalah penyembuhan kaum “behavioris”. Caranya : secara berhati-hati dan
bertahap diperkenalkan kembali dengan obyek/keadaan yang ditakuti. Tentu saja
dalam suasana santai yang menyenangkan, dengan kadar ketakutan yang sangat
ringan sekali. Tidak lupa terapis mengajarkan cara-cara relaksasi, sehingga
pasien merasa lebih aman lagi. Kalau masih belum mempan, dapat digunakan obat
penenang. Namun obat ini perlu dihemat, sebab dapat menjadi kebiasaan.
Kesuksessan
cara behavioris ini seringkali tergantung dari tahap-tahap pengenalan objek
yang proporsional dan cara mendampingi pasien yang paling mendamaikan hatinya.
Posting Komentar untuk "Takut : Cicak, Ulat dan Kucing"