Bunyi genderang untuk melawan korupsi sebenarnya sudah lama. Korupsi sejatinya bukan muncul terakhir, saat orde reformasi lahir. Bahkan orde ini menjanjikan melawan korupsi dengan getol. Alih-alih melawan, mencegah saja selalu kebobolan. Nilai uang untuk dikorupsipun semakin meningkat, kwalitas maupun kwantitas.
Bau korupsi sudah
tercium bahkan sejak Indonesia belum lahir. Wajahnyapun terlihat
bermacam-macam. Saat jaman kerajaan masih menguasai daerah-daerah yang ada di
nusantara, korupsi telah menjadi bagian dari pemerintahan kerajaan. Dinasti,
ternyata bukan menurunkan dalam kekuasaan, tapi korupsi juga berhasil diturunkan. Sehingga tidak aneh
kalau jikalau pelaku korupsi masih dalam lingkaran keluarga. Bahkan beranak
pinak yang membentuk mata rantai keturunan dalam keluarga.
Sekarang, gaung
melawan korupsi semakin gemuruh namun tidak kuasa meskipun hanya mencegah.
Karena korupsi sedemikian akut yang menjalar ke darah daging. Pelaku korupsi
tidak hanya datang dari pengguna anggaran. Pelaku korupsi bisa datang dari mana
saja, bahkan dari lembaga yudikatif. Mengapa anti korupsi semakin bergema, tapi
korupsi semakin beranak pinak? Karena penyuara korupsi bukan dari lembaga
pengeksekusi hukum.
Saya nukilkan
sauar tokoh masyarakat dalam upaya membasmi korupsi.
Din Syamsudin,
ketua Muhammadiyah “hukum mati untuk koruptor”. Indonesia Corruption Watch
(ICW) : Pemberian sangsi kerja sosial dan perampasan kekayaan koruptor. Munas
Alim Ulama dan Konferensi Besar NU : “ Tidak menshalati sholat janazah
koruptor, sebelumuang atau hasil jarahan korupsi dikembalikan”. Mahfud MD :
“Ditempatkan dalam sebuah kebun yang serupa dengan kebun binatang.
Pemberantasan
korupsi di negeri ini jalan di tempat. Pengusutan dan penuntasan korupsi tak
mampu mengejar kasus-kasus baru yang bermunculan. Koruptor kakap bahkan hampir
tak pernah tersentuh. Berbagai macam saran dan wacana dilontarkan, seperti
alinea di atas. Namun, jumlah korupsi yang dapat dibuka menjadi bukti bahwa
koruptor hanya menganggap ancaman di atas kerta.
Tokoh masyarakat
sampai Presiden tak kurang-kurangnya memberi acaman bagi koruptor. Toh hasilnya
belum menunjukkan prestasi yang luar biasa. Sorend Pind, seorang Menteri Kerja
Sama Pembangunan Kerajaan Denmark, melontarkan gagasannya, perlunya tokoh yang
kuat dalam mengatasi persoalan korupsi yang merajalela. Sebagaiman yang telah
dipraktekkan oleh Pemerintahan Hongkong. Lembaga anti korupsi diberi kewenangan
yang besar, sementara kepala pemerintahan komitmen terhadap perang melawan
korupsi.
Posting Komentar untuk "Gaung Melawan Korupsi"