Jum'at Berkah
Setiap
kali mendengar kata Darul al Islam, seketika ingatan akan melayang
beberapa tahun silam. Saat Indonesia dalam suasana tertatih-tatih menegakkan
kemerdekaan. Masih ada kelompok tertentu tidak puas dengan kemerdekaan, dengan
berbagai alasannya.
Sekarmadji
Maridjan Kartosuwirjo (S.M. Kartosuwiryo) dan teman-teman memang termasuk tidak
setuju dengan bentuk dan dasar negara. Mereka mengidolakan bentuk negara
berbasis Islam. Oleh karenanya, beliau memberontak atas nama Darul Islam,
dengan pasukannya Tentara Islam Indonesia, sering disingkat DI/TII.
Keinginan
itu bukan tanpa dasar. Mereka mungkin merujuk pendapat ulama-ulama terdahulu.
Para ulama Syafi’iyah, mengatakan bahwa Dar al Islam adalah negeri yang
dibangun oleh kaum Muslimin. Mazhab Hanafi, berprinsip bahwa dar al Islam
adalah nama sebuah tempat yang berada di bawah kekuasaan kaum Muslimin.
Sedangkan pengikut Imam Ahmad, memiliki definisi bahwa Dar al Islam
adalah negara yang ditaklukkan atau dibangun kaum Muslimin.
Pandangan seperti ini juga dianut oleh Sayyid Qutub, tokoh Al- Ikhwan
Al-Muslimun ini, memandang negara yang menerapkan hukum Islam sebagai Dar
Al-Islam, tanpa mensyaratkan penduduknya harus muslim.
Bila umat Islam merasa aman dan dalam menjalankan aktivitas keagamaan
mereka, maka negara tersebut termasuk Dar Al-Islam. Sebaliknya, bila
tidak ada rasa aman untuk umat Islam, maka negara itu termasuk Dar Al-Harb
(negeri perang).
Tulisan
berikut bukan hendak membahas Dar al Islam dalam sudut pandang kekuasaan
atau politik, namun dikembalikan pada makna aslinya. Dar al Islam terdiri
dari dua suku kata, yaitu Dar dan Islam. Kata Dar
berasal dari kata dasar dara, yaduru, daaran yang bermakna
berputar, berkeliling, menyesuaikan. Atau jika diubah dengan bentuk tadawwara, bermakna menjadikan bulat. Kemudian jika berubah
menjadi daaran, dalam bentuk plural berarti negara, wilayah.
Adapun makna
asalnya, kata yang tersusun dari huruf dal, waw, ra’ menurut
Ibnu Faris memiliki makna dasar ihdaqu as-Syai’ bi as-Syayyii
min haulihi, berkelilingnya sesuatu dengan sesuatu dari keadaannya
semula. Oleh sebab itu, ad-Dahru juga
disebut dengan ad-Dawariyyu karena mengitari
keadaan manusia.
Kedua, kata al
Islam ataupun as Salam, masing-masing berasal dari kata salima,
yaslamu, salman. Bentuk masdarnya salamun atau as salam yang
berarti damai, sejahtera, hormat, tunduk, berserah. (bersambung)
Posting Komentar untuk "Dar al Islam (1)"