Syari’ah, Nubuwah dan Ma’rifah

 Jum'at Berkah

اُولٰٓٮِٕكَ الَّذِيۡنَ اٰتَيۡنٰهُمُ الۡـكِتٰبَ وَالۡحُكۡمَ وَالنُّبُوَّةَ‌ ؕ فَاِنۡ يَّكۡفُرۡ بِهَا هٰٓؤُلَۤاءِ فَقَدۡ وَكَّلۡنَا بِهَا قَوۡمًا لَّيۡسُوۡا بِهَا بِكٰفِرِيۡنَ

Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab, hikmah dan kenabian. Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, maka Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang tidak mengingkarinya. Al an’am: 89

Dalam al Qur’an, syari’ah” ditemukan sebanyak lima kali, yang memiliki makna yang berbeda-beda. Salah satunya adalah ketetapan dari Allah untuk hamba-hambanya. Syari’ah juga memiliki arti jalan menuju air yang tidak pernah kering.

Secara etimologi, kata ”nubuwah” berasal dari kata naba-a yang berarti kabar, berita, dan cerita. Kata nubuwah disebutkan dalam al Qur’an lima kali. Antara lain dalam surat al An’am ayat 89 di atas.

Sedangkan secara terminologis, kenabian adalah pangkat yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya tanpa diusahakan dan dengan jalan memberikan wahyu kepadanya. [Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam Jilid I, (Yogyakarta: Bulan Bintang, 1952), hal. 201].

Sedangkan istilah ”ma'rifatullah” yang berasal dari kata a'rofa, ya'rifu yang berarti mengenal. Ma'rifatullah juga dapat diartikan sebagai upaya manusia untuk mengenal Allah lebih jauh, sehingga keimanan dan ketaqwaannya lebih tinggi. Artinya, untuk sampai pada ma'rifatullah, maka terlebih dahulu seseorang harus mengenal hakikat dirinya sendiri.

Dalam beragama, pintu masuk yang paling mudah diraih, diamati dan diukur dengan syari’ah. Di level ini, orang mengenal Allah lewat jalan yang telah digariskan. Yaitu, orang akan dikenalkan pada hukum-hukum sebagai hamba Allah, melalui kewajiban dan hak-haknya. Orang akan melewati sebuah lorong yang berujung pada makna iman dan taqwa.

Apabila sukses melewati jalur syari’ah, maka pengalaman keberagamaan seseorang akan secara otomatis manis getirnya iman. Kesuksesan seseorang dalam menggapai iman sangat tergantung kepada kadar orang tersebut mengenal Allah. Apabila kadarnya cukup tinggi, maka ia naik pada jenjang nubuwah.

Perjalanan seseorang dalam menitu ma’rifatullah akan memiliki ketakwaan dan keimanan yang tinggi kepada Allah. Sehingga Allah tidak salah menyematkan anugerah kepada orang tersebut ke jenjang nubuwah. Karena nubuwah sesungguhnya hanya didapatkan oleh orang-orang pilihan Allah.

Keistimewaan manusia adalah diberi nafsu. Sudah mendapatkan dua, ia ingin meraih tiga. Setelah tiga di tangan, ia pun berusaha untuk mengejar keempat. Allahpun memberi kesempatan kepada orang tersebut, sebuah predikat ma’rifah.

Posting Komentar untuk "Syari’ah, Nubuwah dan Ma’rifah"