Jum'at Berkah
“Ikutilah
dua orang sepeninggalku, yakni Abu Bakar dan Umar”
(HR
Tirmidzi)
Abu Bakar termasuk tokoh
terpandang dari kabilah Quraish di masa Jahiliah. Ia dipercaya sebagai
penaggung jawab diyah (harta tebusan tindak pembunuhan). Apabila ia
melakukan sesuatu, orang-orang Quraish mempercayainya dan mereka meluluskan
jaminannya.
Ketika Rasulullah wafat,
dunia Arab goyah. Kaum muslimin berselisih. Banyak sahabat tidak percaya dengan
kepergian kekasih Allah. Kaum Muhajirin dan Anshar, sebagai penyokong utama
gerakan dakwah berselisih. Siapa yang memegang estafeta kepemimpinan setelah
Rasulullah. Karena mereka merasa berhak untuk meneruskan risalah Allah.
Sebelum pertemuan, kedua
kudu masih bersikukuh dengan jagonya masing-masing. Abu Bakar menengahi agar
kedua sayap berkumpul untuk membicarakan yang terbaik. Ada jalan tengah yang
dapat ditempuh. Abu Bakar mengusulkan agar perundingan dilaksanakan di Safiqah
Bani Sa’idah.
Dari beberapa pertemuan,
akhirnya timbul kesepahaman antara dua kelompok. Ini menandakan bagaimana peran
Abu Bakar sebagai juru penengah. Karakter yang melakat pada diri beliu
menunjukkan telah menyantap asama garam kehidupan. Jam terbang sebagai pemimpin
tidak dapat dibohongi, beahwa beliau memang layak sebagai pengganti baginra
Rasulullah.
Abu Bakar As-Shidiq
memiliki darah keturunan yang mempertemukan dengan Rasulullah. Abu Bakar putra
dari Abu Quhafah yang memiliki garis silsilah dengan Utsman. Dari ibunya
mengalir darah dari Shakhr bin Amir bin Ka’ab.
Ia termasuk orang
golongan yang pertama masuk Islam. Bahkan masuknya Islamnya Abu Bakar lebih
dahulu dibandingkan dengan ibunya. Rasulullah sendiri menjuluki belai dengan ‘Atieq
karena keterbebasannya dari neraka.
Sebelum Nabi Muhammadi
diangkat menjadi rasul, Abu Bakar merupakan kawan karib Rasulullah. Ia sering
mengunjungi rumah beliau dan berdiskusi tentang terutama kemasyarakatan,
ekonomi dan keamanan. Allah sendiri menurunkan ayat yang mendeskripsikan Abu
Bakar, dalam surat al Lail: 17 – 19.
"Akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa, yang
menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (diri dari sifat
kikir dan tamak). Tidak ada suatu nikmat pun yang diberikan seseorang kepadanya
yang harus dibalas,"
Meskipun ada yang menafsirkan
bahwa ayat tersebut ditujukan kepada Ali bi Abi Thalib, namun fakta tak dapat
dibantah, bahwa Abu Bakar termasuk penyokong utama dana untuk dakwah
Rasulullah.
Bahan bacaan: Buku Abu
Bakar Ash-Shidiq karya Muhammad Ridha.
Posting Komentar untuk "Abu Bakar Ash-Shidiq"