Tempe Bongkrek berbeda dengan tempe keledai, yang biasa kita makan sehari-hari. Tempe bongkrek terbuat dari campuran kedelai dan ampas bungkil kepala yang kemudian difermentasi. Makanan ini sangat popular di tempat asalnya, Banyumas, Jawa Tengah.
Makanan
rakyat miskin di masa krisis ini telah merenggut nyawa, karena mengeluarkan
racun yang berasal dari bakteri Burkholderia galdioli. Ilmuan Belanda
Adolf G. Vorderman, mencatat bahwa tahun 1895, 1902 terjadi wabah keracunan
akibat makan Tempe Bongkrek. Di tahun 1931 dan 1937, pada masa pemerintahan Hindia
Belanda terjadi depresi ekonomi. Akibatnya, rakyat membuat tempe versi mereka,
yaitu Tempe Bongkrek.
Meski
masyarakat telah mengetahui bahwa Tempe Bongkrek menyimpan racun, dan mengerti akibat
bila mengkonsumsinya, Tempe Bongkrek tetap menjadi pilihan manakala terhimpit
ekonomi. Kata mereka, keracunan bukan dari Tempe Bongkrek, tetapi ulah dari roh
jahat atau Dewi Samudra Hindia yang sedang marah.
Kini,
para perajin semakin memperhatikan sisi higienitas. Kebersihan dalam proses
pembuatan sangat berpengaruh terhadap kerawanan Tempe Bongkrek.
Meskipun
kerap dianggap makanan pinggiran dan tidak memenuhi gizi, namun Tempe Bongkrek
telah menjadi satu suguhan dan makanan klangenan dari rakyat hingga
pejabat.
Di
desa kami, Tempe Bongkrek dulu menjadi makanan favorit. Baik digoreng maupun
dimasak, semua yang kami rasakan enak. Saya sendiri lebih nikmat bila
disandingkan dengan nasi jagung dan sambal teri. Jarang terdengar atau belum
ada yang terenggut jiwa karena makan Tempe Bongkrek. Mungkin cara pembuatannya
berbeda. Lebih hati-hati dalam hal kebersihannya.
Posting Komentar untuk "Tempe Bongkrek"