sumber gambar : https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/06/17/cengkeh-afo-buyut-dari-semua-pohon-cengkeh
350 tahun yang lalu, kehidupan orang di Tarnate, akan sama saja dengan kehidupan di kawasan nusantara. Mereka mengandalkan alam sebagai mitra dalam berkehidupan. Beruntung di Tarnate tumbuh pohon Cengkeh Afo, yang diyakini sebagai cengkeh varietas asli Tarnate. Tidak ada kepastian kapan cengkeh Afo tumbuh dan berkembang di daerah ini. Masyarakat sangat percaya bahwa kakek buyutlah yang menemukan dan merwatnya.
Afo satu dan Afo dua
ternyata berbeda. Afo pertama sudah hilang karena tidak ada yang memelihara,
sehingga tumbuh di pohon dan mati pula disitu. Afo dua merupakan turunan dari
Afo satu. Siapa pula yang memberikan
nama Afo. Namun Pemerintah setempat telah menerbitkan surat keputusan Menteri
Pertanian Nomor 3680?Kpts/SR.120/11/2010 tentang Pelepasan populasi cengkeh Afo
sebagai varietas unggul. Petani menerima keputusan ini dengan senang hati.
Cengkeh Afo Bagai
primadona yang hidup di pedalaman. Afo telah menggoda para pelayar, pedagang,
hingga penjelajah dunia untuk menumpuk kekayaan dari perniagaan cengkeh.
Sebaliknya, Afo satu dan dua, juga yang menyebabkan kolonialisme merajalela,
menghisap madu atas nama pohon cengkeh. Mereka (kolonial) lah yang
mencabik-cabik tatanan sosial, sehingga kedaulatan para sultan menjedi berkeping-keping.
Sebelum Portugal
menancapkan kedaulatannya, di tahun 1450 ternyata pedagang dari China, India,
Melayu dan Timur Tengah telah melakukan transaksi perdagangan dengan
masyarakat. Sistim masih barter. Orang luar membawa kain, beras, dan kebutuhan
lain, mereka Kembali dengan menenteng cengkeh. Mereka datang atas undangan Raja
Tarnate Kaicil Gapi Baguna yang berkuasa pada tahun 1432 – 2465.
Posting Komentar untuk "Cengkeh Afo"