Hustle Culture


Merabaknya
Hustle Culture dipicu oleh merabaknya gaya hidup anak muda. Mereka menikmati hidup ini dengan cara yang serba cepat, instan, dan cenderung buru-buru. Pilihan hidup seperti ini didukung oleh membanjirnya informasi. Mereka sendirilah yang menciptakan informasi datang bertubi-tubi dalam waktu yang singkat.

Dalam Bahasa Inggris, hustle artinya energik, agresif, daya dorong yang kuat untuk bekerja lebih cepat. Sedangkan culture berarti budaya. Sehingga hustle culture bermakna budaya yang membuat seseorang memiliki energi yang berlipat-lipat. Dalam manajemen Sumber Daya Manusia lebih dikenal dengan workaholic.Istilah ini dikenalkan pertama kali oleh Wayne Oates tahun 1971.

Kini tren hustle culture dimaknai sebagai suatu keadaan bekerja terlalu keras dan mendorong diri sendiri untuk melampaui batas kemampuan hingga akhirnya menjadi gaya hidup. Dengan kata lain, tiada hari tanpa bekerja, hingga tak ada lagi waktu untuk kehidupan pribadi. Budaya gila kerja inilah yang telah menjadi standar bagi sebagian orang untuk mengukur hal-hal seperti produktivitas dan kinerja.

Kebiasaan yang telah menjadi trend ini semakin lama semakin meningkat, karena orang sering membandingkan dengan capaian orang lain. Bila orang lain mendapat prestasi tujuh, maka ia terlecut untuk menggapai nilai lebih dari tujuh. Demikian semakin hari, semakin meningkat alur grafiknya.

Karenanya, bagi sebagian orang yang tidak kuat mengikuti kompetisi ini mencari dunia lain, yaitu dunia maya. Padahal di alam internet itu, penuh dengan kepura-puraan. Kesuksusen hanya diperlihatkan dengan gambar dan video semata. Amat kontradiksi dengan arti hidup itu sendiri. Padahal kebahagiaan sesungguhnya adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan hidup. 

Posting Komentar untuk "Hustle Culture"