Jum'at Berkah
“Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan
akan kembali asing sebagaimana awalnya. Maka beruntunglah orang-orang yang
asing”. HR Muslim
Gharib,
seharusnya
menjadi pemicu semangat dalam berkehidupan. Orang hidup tentu bukan hanya persoalan
ibadah mahdhah semata. Ada daya tarik yang lebih dari sekedar beribadah semata.
Karena Islam itu sempurna. Islam juga mengajarkan muamalah. Disinilah pemberian
Allah yang berupa akal harus dimanfaatkan. Namun, memuja akal tanpa keterikatan,
tanpa kendali, juga akan menyesatkan manusia sendiri.
Rasulullah
SAW menjelaskan kata Gharib sebagai orang yang terasing. Di akhir zaman
nanti, Islam dianggap sebagai sesuatu yang aneh, asing. Namun justru orang yang
terasing ini, kata Rasulullah termasuk orang yang lebih beruntung. Sahabatpun
bertanya siapa orang yang beruntung ya Rasulullah. Dijawab, orang yang
beruntung adalah mereka yang berbuat kebaikan di saat orang lain merusak.
Dalam hadis lain disebutkan: “Mereka adalah
manusia-manusia shaleh yang
jumlahnya sedikit, di tengah-tengah manusia busuk yang jumlahnya banyak,”
Sekarang
ini, di negeri ini, kita memerlukan Al-Ghuraba, orang-orang asing
yakni manusia model yang ingin memperbaiki masyarakat di sekitarnya ketika
orang lain datang menganggap baik kedholiman dan kemaksiatan merupakan pembenaran.
Ketika demokrasi
Pancasila berubah menjadi demokrasi liberal-transaksional, di mana yang
terpilih bukanlah sebaik-baik orang melainkan selicik-licik orang. Para
ahli fikih menyebut thahirun fi nafsihi muthahhirun lighairih”. Dialah orang yang suci
dalam dirinya, dan dia juga berusaha menyucikan orang lain. Pribadinya bersih,
dan dia berusaha membersihkan orang lain.
Orang yang dikehendaki
Rasulullah SAW adalah “Mereka mengisi apa yang hilang;
mereka melengkapi apa yang ganjil; mereka memenuhi apa yang kosong.” Al-ghuraba biasanya tampil
sebagai manusia model, manusia yang dapat dijadikan panutan karena kebersihan dan
kesucian pribadinya. Kalau kita melihat ada orang berjalan di atas
rel yang benar, yang tetap menyampaikan apa yang benar itu benar, dan apa yang
salah itu salah, tanpa memedulikan risiko yang dihadapinya, rasanya ada semacam
kekuatan di tengah-tengah kehausan bimbingan dalam diri kita
“Mereka menghidupkan kembali Sunnahku setelah
sunnah itu dimatikan oleh manusia.”demikian
kata Rasulullah. Ketika beberapa ajaran Rasulullah sudah ditinggalkan,
mereka tampilkan kembali mengembalikan ajaran
Rasulullah SAW. Ketika orang kehilangan identitas, mereka
menunjukkan, itulah dirimu sesungguhnya.
Posting Komentar untuk "Ghuraba'"