Google memang dibuat kelimpungan dengan munculnya SearchGPT. Google sebagai mesin pencari yang telah berkibar sendirian, kini mencuat saingan baru SearchGPT, kendatipun masih dalam taraf uji coba. Tapi kehadirannya sangat diminati oleh user, dan lambat laun menggerogoti pengguna Google.
Artificial Intellegence
(AI), saat ini tengah melakukan percobaan pada kanal pencari, yang
menggabungkan real time (waktu nyata) ke dalam produk ChatGPT. Sebagai
user tentu saja mencoba-coba mesin pencari terbaru yang lebih fresh dibandingkan
yang lama. SearchGPT menjawab keinginan pengguna.
Dari sekian banyak
percobaan yang dilakukan oleh pengguna internet aktif, muncul kegembiraan dan
keresahan. Mereka senang karena apa yang diidam-idamkan terfasilitasi di AI.
Sedangkan kelompok sebelah, justru mengkhawatirkan kehadiran AI. Pasalnya,
mereka tahu persis, apabila AI ini jatuh ke tangan yang tak bertanggungjawab,
akan memicu keresahan, bahkan dapat menyebabkan konflik sosial.
Pertanyaan yang mengemuka
adalah, apakah AI merupakan berkah atau petaka?
Untuk menjawab pertanyaan
ini, tentu saja berpulang kepada user dan tentu saja negara dalam hal ini
kementrian Komunikasi dan Informasi.
Tujuan utama
diciptakannya AI adalah menjadi asisten pribadi dalam membantu tugas
sehari-hari. Bahkan AI dapat membantu pengguna yang sebelumnya tidak diketahui
sama sekali. Boleh dikatakan AI sebagai mitra dalam menjalankan tugas personal
performance.
AI dapat pula sebagai
media untuk belajar, mengasah skill untuk kemaslahatan. Pengalaman belajar yang
selalu dicari, bagi mereka yang memiliki motivasi yang tinggi.
Sebaliknya, di belakang
AI yang demikian besar kemanfaatannya, AI juga menyimpan potensi untuk merusak.
Semakin modern AI diciptakan, maka manusia tidak lagi membutuhkan tenaga
manual. Semakin berkurangnya tenaga manusia. AI hanya butuh perintah lewat
kode-kode tertentu. Setalah kode terbaca, dengan kecepatkan dan ketepatan, AI
mampu menggantikan pikiran dan tenaga manusia. Artinya banyak manusia menjadi
pengangguran.
Posting Komentar untuk "Benarkah Aritificial Intellegence bersahabat?"