Saat masih aktif sekolah
maupun kuliah, saya kadang mengikuti training yang diselenggarakan oleh sekolah/perguruan
tinggi ataupun kakak tingkat. Jenis training bermacam-macam, mulai dari doktrin
agama sampai training peningkatan kualitas diri. Biasanya kegiatan ini
dilaksanakan diluar jam kuliah. Karena kgiatan semacam ini dianggap masih
merupakan ekstra kurikuler, walaupun sekarang kegiatan siswa/mahasiswa sudah
masuk dalam kurikulum resmi.
Pada saat mengikuti
pelatihan manajemen, saya tertarik pada istilah POAC. Istilah ini merupakan
singkatan dari
P = programming,
O = organizing,
A = administrasi
dan
C = controlling.
Dikatakan oleh
instruktur maupun pembicara bahwa jika kalian ingin melaksanakan sebuah aktifitas
(sendirian maupun berkelompok), dan supaya tujuan dapat dicapai maka gunakanlah
rumus POAC.
Programming.
Segala sesuatu harus diprogam atau direncanakan. Jangan asal jalan. Dengan
perancanaan yang tepat dan terukur, maka sebanarnya Anda sudah menempuh
setengah perjalanan.
Organizing.
Setelah program ditentukan, segeralah mengatur strategi dan menyiapkan sarana
penunjang. Bila kegiatan yang akan ditempuh mengharuskan dengan rekan, maka
bagilah tugas dengan kawannya. Pembagian tugas pekerjaan disesuaikan dengan
keahlian yang dimiliki. Dengan demikian pekerjaan tidak berat dipikul sendiri,
sebab masing-masing telah memperoleh tugasnya.
Administrasi.
Perencanaan dan pengorganisasian saja tidaklah cukup. Perlu ada sebuah sarana
untuk menghubungkan dua indikator itu, yaitu administrasi. Pencatatan, adalah
kamus yang berisi kesepakatan dalam pembagian tugas. Kegiatan yang memakan
waktu lama dan melibatkan banyak orang, catatan menjadi sumber dan alat rujukan
dalam setiap langkah.
Controlling.
Setelah setapak jalan terlaksana, perlu ada control atau evaluasi agar tapak
berikutnya berjalan dengan efektif dan efisien. Sistim control berlaku untuk
individual maupun kelompok. Dengan melakukan control secara rutin, diharapkan
aktifitas akan berjalan sesuai dengan yang diprogramkan.
Sayang seribu
sayang, indicator control masih menjadi anak tiri dari empat kaki sebuah
bangunan yang bernama “manajemen peningkatan”.
Kita senang sekali
membuat program, membentuk kepanitiaan, membuat planning sampai pada
kegiatannya sampai begitu mendetail. Namun begitu aktifitas usia, fungsi
control/evaluasi menjadi makhluk hantu yang ditakuti. Mungkin diantara kita
paling malas kalau membuat laporan. Kalaupun laporan dibuat, masih sebatas pada
kewajiban laporan tertulis, dibaca awalnya dan kesimpulannya terus ditumpuk
dengan dokumen yang lain. Saat tahun berikutnya menyelenggarakan lagi, kita
buat panitia lagi, program lagi, tak pernah sedikitpun menengok evaluasi
kegiatan yang lalu.
Posting Komentar untuk "Fungsi Control masih Lemah"