Jum'at Berkah
Dalam Kajian al-Qur’an dan tafsir, muhkam dan mutasyabih
merupakan salah satu instrumen penting yang mengandung kontroversi dikalangan
para ahli tafsir. Dalam sejarahnya, kajian mengenai ayat muhkam dan mutasyabih
sudah menjadi bahan pembicaraan dikalangan mufassirin dari zaman dahulu hingga
saat ini. Setiap generasi melakukan kajian yang mendalam, yang berakibat munculnya
ilmu-ilmu baru yang belum tergali pada masa sebelumnya.
Muhkam adalah ayat yang jelas maknanya,
tidak meragukan lagi ketika dipahami. Ayat-ayat yang termasuk muhkam dapat
dikelompokkan menjadi qat’iyyah ad-dalalah (dalil yang hukumnya bersifat
pasti). Contohnya adalah ayat-ayat tentang perintah shalat dan puasa.
Secara
bahasa, kata "muhkam" berasal dari kata "hakam"
yang berarti memutuskan, menetapkan, atau mengokohkan. Secara etimologi, muhkam
berasal dari kata al-itqan yang berarti mengokohkan perkataan dengan
memisahkan berita yang benar dari berita yang salah.
Ciri-ciri
ayat muhkam antara lain, makna yang terkandung dalam ayat tersebut mudah
dipahami, sekalipun oleh orang awam, tanpa memerlukan kajian secara mendalam.
Tidak membutuhkan takwil (penafsiran yang mendalam terhadap ayat-ayat al
Qur’an yang maknanya samar).
Ciri
berikutnya, mengandung hukum. Biasanya, ayat-ayat muhkam berisi tentang
hukum-hukum syariat yang mengatur segala aspek kehidupan. Ayat muhkam pada
umunya dipahami secara bersama oleh ulama.
Mutasyabih adalah ayat
yang tidak pasti arti dan maknanya, sehingga dapat dipahami dengan beberapa
kemungkinan. Keberadaan ayat mutasyabih disebabkan Al-Qur'an menggunakan kata
yang dapat digunakan untuk dua maksud. Ayat-ayat mutasyabih sifatnya zanniyah
ad-dalalah (dalil yang hukumnya bersifat dugaan/tidak pasti).
Karakter ayat mutasyabih antara lain, makna
yang terkandung dalam ayat itu tidak dapat langsung dipahami secara literal.
Membutuhkan takwil, keterangan tambahan, perlu bantuan tafsir dari para ulama.
Bersifat kiasan atau Bahasa-bahasa simbolis, dan biasanya tidak mengandung hukum.
Hikmah yang dapat kita petik dari ayat-ayat yang ahkam
maupun mutsyabih antara lain: menguji keimanan. Orang yang beriman
(percaya) akan melaksanakan perintah, meskipun tidak memahami secara mendalam.
Adapun orang yang beriman dan berilmu akan semakin yakin bahwa Allah Maha
Besar. Mereka semua semakin merenung akan kenikmatan yang telah diperoleh, dan
semakin ta’zim dalam mengabdi kepada-Nya.
Posting Komentar untuk "Muhkam dan Mutasyabih"