Saat mendengar etika, pikiran kita akan langsung menerawang pada padanan katanya yaitu, sopan, santun, beradab. Kata tersebut benar adanya. Karena etika pasti akan berhubungan langsung dengan sopan santun, berbudaya, sesuai aturan, meskipun tidak benar secara keseluruhan. Etika sendiri muncul tidak tiba-tiba. Etika merupakan kata serapan dari bahasa asing. Nenek moyang kita mungkin hanya mengenal kata sopan santun.
Dalam bahasa Greek, etika berarti kebiasaan atau cara hidup. Sedangkan bahasa
Yunani Kuno mengatakan kalau etika mempunyai arti tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat dan lain-lain. Dalam khasanah keilmuan
sering disebut dengan ethos, bukan etos. Beda huruf beda arti.
Dalam kehidupan sehari-hari, etika identik dengan moral. Namun kalau
kita telusuri lebih mendalam, etika sangat berbeda jauh dengam moral. Moralitas
lebih condong pada pengertian perbuatan baik ataupun buruk yang melekat pada
perbuatan manusia. Sedangkan etika adalah ilmu yang mempelajari baik dan buruknya
manusia. Etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan buruk.
Mengapa etika saya angkat dalam tulisan ini? Karena saya memandang bahwa
tingkah laku manusia semakin cenderung tanpa aturan. Tidak mengenal tata krama
pergaulan antar manusia. Orang lebih suka mementingkan kebutuhannya sendiri,
mau menangnya sendiri dengan logika yang dibangun sendiri.
Ketidak mampuan manusia dalam mengendalikan peringainya, laksana hewan
yang hanya mengenal menang-kalah, kenyang-lapar. Serba hitam putih. Pembedanya
jelas, memangsa atau dimangsa.
Meraih kesenangan atas derita orang lain. Memeroleh kenikmatam duniawi
diatas perampasan kebaikan orang lain. Ibnu Sina seorang filosof mengatakan
bahwa memmeroleh kesenangan identik dengan kebaikan itu sendiri. Sebab tujuan
hidup adalah memperoleh kesenangan. Pendapat Ibnu sina ini, bila jatuh pada
orang yang tidak bertanggung jawab maka akan terjadi pembenaran. Logika
pembenaran ditafsirkan sesuai dengan keinginan mereka.
Kelompok orang waras, akan menegakkan panji kebenaran sesuai dengan
kaidah agama, hukum, nilai yang masih dijunjung oleh masyarakat. Mereka ini
kadang berjalan dalam kesunyian. Kesenyapan yang tidak menimbulkan kegaduhan
namun berdampak pada tatanan masyatakat yang sesuai dengan konstitusi atau
nilai luhur yang masih dikandung dalam masyarakat.
Upaya ini tidak lain hanya untuk menegakkan etika agar dapat berjalan
diatas rel kebenaran, menuju pada peraduan kebenaran yang hakiki. Etika harus
diperjuangkan agar hidup seseorang tidak mengingkari dari perjanjian dengan
sang pencipta.
Memang benar, etika akan selalu mengalami perkembangan dalam tataran praktis. Etika akan selalu menjadi acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Bermetamorfosa, take and give, saling mengisi. Namun ruh etika tak tergantikan. Tidak tawar menawar. Tidak mengenal kompromi. Justru nilai-nilai masyarakatlah yang harus menyesuaikan ruh etika. Dengan demikian etika menjadi sumber cahaya dalam menerangi tata pergaulan manusia.
Posting Komentar untuk "Etika"