Positivisme

sumber gambar : https://www.gramedia.com/literasi/teori-auguste-comte/


Salah satu mazhab dalam filsafat adalah positivisme. Positivisme merupakan bentuk pemikiran yang menekankan pada konsep pengetahuan, khusunya pengetahuan ilmiah. Menurut Auguste Comte, memberi definisi bahwa satu-satunya pengetahuan tertinggi adalah pendeskripsian fenomena indra. Sedangkan Anthony Flew, dalam Dictionary of Philosophy, bahwa positivisme adalah paham falsafah yang muncul dan berkembang pada abad ke-18. Dengan kata lain, positivisme merupakan aliran pemikiran yang menyatakan bahwa ilmu-ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak nilai kognitif dari studi filosofis atau metafisik.

Para penganut positivisme berpendapat bahwa ilmu pengetahuan yang valid hanya dapat diperoleh melalui metode ilmiah, yaitu melalui observasi, eksperimen, dan verifikasi. Ilmu pengetahuan menjadi raja dalam mengambil sebuah keputusan.

Sejarah pengetahuan dapat dikatakan bermula dari abad pertengahan. Pada masa ini yang paling sering diterapkan adalah hukum dogmatis agama. Efeknya, berbagai macam pengetahuan yang dianggap berseberangan dengan hukum dogmatis selalu dibungkam oleh penguasa.

Kondisi ini menuai perlawanan dan kritik, antara lain Rene Descartes, yang berusaha mengembangkan aliran filsafat Rasionalisme. Usahanya, kitab suci dan ajaran agama tidak dijadikan peletak pengetahuan, melainkan sumber pengetahuan dari manusia sendiri.

Demikian juga Auguste Comte yang menebarkan arus filsafat positivisme. Comte berpandangan bahwa ilmu pengetahuan harus bersifat obyektif dan valid. Oleh karenanya obyek pengetahuan dicari dengan menggunakan metode observasi. Tak heran bila ajaran Comte lebih dekat memanfaatkan hukum-hukum dalam ilmu alam.

Prinsip dasar positivisme antara lain: verifikasi, yaitu kebenaran suatu pernyataan hanya dapat dikonfirmasi melalui verifikasi yang bersifat obyektif dan valid. Emprisme, adalah semua pengetahuan berasal dari pengalaman indra. Sainsisme, adalah satu-satunya cara yang dapat memberikan pengetahuan yang pasti. Anti metafisika, semua kalim metafisika tidak dapat diuji secara empiris, dan dianggap tidak bermakna.

Tokoh-tokoh positivisme antara lain: Auguste Comte, sering dianggap Bapak positivisme. John Stuart Mill, yang mengembangkan positivisme yang diterapkan pada bidang etika dan politik. Lingkaran Wina, yang dapat disebutkan Moritz Schlick, Rudolf Carnap dan Otto Neurath. Kelompok ini lebih radikal dari pada Auguste Comte. Komunitas mereka mengembangkan positivisme logis, yaitu membuat bangunan dengan memakai Bahasa ilmiah yang bebas dari ambiguitas (kalimat yang memiliki tafsir ganda) dan metafisika.

Bahan bacaan: ‘Mazhab Filsafat’ karya Maghfur M. Ramin

Posting Komentar untuk "Positivisme"