Jum'at Berkah
Ungkapan “yaum”, mengingatkan kita pada
teori relativitas. Albert Einstein, mengatakan bahwa waktu sifatnya
tidak mutlak. Waktu dapat berjalan dengan kecepatan yang berbeda-beda,
tergantung pada kerangka acuan pengamat dan kondisi fisik seperti kecepatan dan
gravitasi.
Dalam kehidupan yang fana ini, waktu dipahami
sebagai sebuah dimensi, selain tiga dimensi yang kita kenal, dan kita gunakan
sehari-hari. Bangun ruang, seperti: kubus, balok, kerucut, bola dan lain-lain
adalah benda yang berdimensi tiga. Kita hidup di sebuah ruang, juga berdimensi
tiga. Waktu, dianggap sebagai dimensi yang keempat.
Hingga sekarang, waktu masih menjadi
perdebatan, sebagaimana para mufassir dan ilmuan menafsirkan tentang waktu. Di awal
ayat surat al A’raf: 54, Allah menciptakan langit dan bumi dalam waktu enam
hari. Apakah pengertian enam hari itu seperti yang kita gunakan sehari-hari?
Hikmah dan ilmu-Nya menghendaki agar alam raya
yang tercipta dalam waktu ‘enam hari’ untuk menunjukkan bahwa ketergesa-gesaan
bukanlah sesuatu yang terpuji, tetapi yang terpuji adalah keindahan dan
kebaikan karya serta hikmah dan kemaslahatan.
Kata Sittati ayyam, menjadi pembahasan
yang panjang oleh orang-orang yang ahli. Ada yang mengatakan enam kali 24 jam.
Padahal, perhitungan waktu boleh berdasarkan kecepatan cahaya, atau suara, atau
kecepatan detik?
Bila perhitungan waktu berdasarkan detik,
menit dan seterusnya, maka tidak berlaku pada hitungan al Qur’an. Dalam surat
al Hajj: 47, Allah berfirman “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu seperti
seribu tahun menurut perhitungan kamu”. Ada pula yang menyebutkan sehari
sama dengan lima puluh ribu tahun. (lihat surat al Ma’arij: 4). Perbedaan pada
ayat-ayat tersebut bukan berarti saling bertentangan, tetapi ini adalah isyarat
tentang relativitas waktu.
Al Baqa’i, menafsirkan hari dengan enam masa atau periode. Tidak ada keterangan lebih
lanjut, apakah periode itu sehari, sebulan atau setahun. Tidak disebutkan
secara rinci, sebagaimana kita memberi batasan waktu. Seminggu ada tujuh hari
(senin – ahad). Orang jawa memercayai satu putaran lima hari (pahing, pon,
wage, kliwon, legi).
Sayyid Quthub, lain lagi. Beliau menitik beratkan pada
penciptaan alam raya. Melalui perjalanan yang panjang, dari asal kejadian
hingga kebangkitan. Manusia supaya memikirkan rahasia-rahasia alam, seperti
malam yang selalu mengejar siang. Matahari, bulan, dan bintang-bintang di
angkasa yang selalu berputar dalam kurun waktu tertentu. Semua ini untuk
mengajak manusia tunduk dan taat kepada Allah.
Bahan bacaan :
1.
Mengenal ayat-ayat sains dalam al Qur’an,
Kemenag RI dan LIPI
2.
Tafsir al Mishbah, karya M. Quraish Shihab
Posting Komentar untuk "Yaum (2)"