Yaum (2)

 


Jum'at Berkah

Ungkapan “yaum”, mengingatkan kita pada teori relativitas. Albert Einstein, mengatakan bahwa waktu sifatnya tidak mutlak. Waktu dapat berjalan dengan kecepatan yang berbeda-beda, tergantung pada kerangka acuan pengamat dan kondisi fisik seperti kecepatan dan gravitasi.

Dalam kehidupan yang fana ini, waktu dipahami sebagai sebuah dimensi, selain tiga dimensi yang kita kenal, dan kita gunakan sehari-hari. Bangun ruang, seperti: kubus, balok, kerucut, bola dan lain-lain adalah benda yang berdimensi tiga. Kita hidup di sebuah ruang, juga berdimensi tiga. Waktu, dianggap sebagai dimensi yang keempat.

Hingga sekarang, waktu masih menjadi perdebatan, sebagaimana para mufassir dan ilmuan menafsirkan tentang waktu. Di awal ayat surat al A’raf: 54, Allah menciptakan langit dan bumi dalam waktu enam hari. Apakah pengertian enam hari itu seperti yang kita gunakan sehari-hari?

Hikmah dan ilmu-Nya menghendaki agar alam raya yang tercipta dalam waktu ‘enam hari’ untuk menunjukkan bahwa ketergesa-gesaan bukanlah sesuatu yang terpuji, tetapi yang terpuji adalah keindahan dan kebaikan karya serta hikmah dan kemaslahatan.

Kata Sittati ayyam, menjadi pembahasan yang panjang oleh orang-orang yang ahli. Ada yang mengatakan enam kali 24 jam. Padahal, perhitungan waktu boleh berdasarkan kecepatan cahaya, atau suara, atau kecepatan detik?

Bila perhitungan waktu berdasarkan detik, menit dan seterusnya, maka tidak berlaku pada hitungan al Qur’an. Dalam surat al Hajj: 47, Allah berfirman “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu”. Ada pula yang menyebutkan sehari sama dengan lima puluh ribu tahun. (lihat surat al Ma’arij: 4). Perbedaan pada ayat-ayat tersebut bukan berarti saling bertentangan, tetapi ini adalah isyarat tentang relativitas waktu.

Al Baqa’i, menafsirkan hari dengan enam masa atau periode. Tidak ada keterangan lebih lanjut, apakah periode itu sehari, sebulan atau setahun. Tidak disebutkan secara rinci, sebagaimana kita memberi batasan waktu. Seminggu ada tujuh hari (senin – ahad). Orang jawa memercayai satu putaran lima hari (pahing, pon, wage, kliwon, legi).

Sayyid Quthub, lain lagi. Beliau menitik beratkan pada penciptaan alam raya. Melalui perjalanan yang panjang, dari asal kejadian hingga kebangkitan. Manusia supaya memikirkan rahasia-rahasia alam, seperti malam yang selalu mengejar siang. Matahari, bulan, dan bintang-bintang di angkasa yang selalu berputar dalam kurun waktu tertentu. Semua ini untuk mengajak manusia tunduk dan taat kepada Allah.

Bahan bacaan :

1.     Mengenal ayat-ayat sains dalam al Qur’an, Kemenag RI dan LIPI

2.     Tafsir al Mishbah, karya M. Quraish Shihab


Posting Komentar untuk "Yaum (2)"