“Pada hari, (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” an Nur [24]: 24
Secara umum kata yaum, dalam al Qur’an artinya hari. Namun, dalam Al-Qur'an dan hadis, kata yaum seringkali memiliki makna yang lebih khusus dan sangat penting. Misalnya Yaumul Qiyamah artinya hari kimat, yang seluruh alam semesta akan hancur dan manusia dibangkitkan lagi.
Yaumul Qiyamah juga diartikan sebagai hari pembalasan, yang berarti manusia akan menerima balasan atas segala amal perbuatan. Dapat pula sebagai hari pengadilan, hari kebangkitan dan lain-lain.
Yaum yang termaktub dalam al Qur’an dapat
dikaitkan dengan beberapa hal, antara lain yang berhubungan dengan situasi,
yang diakitkan dengan sesuatu, yang dimaknai dengan hari akhir, yang diartikan
dengan relative waktu, dan yang berkaitan dengan masa kronologis.
Pada bahasan tulisan ini hanya kami sebutkan beberapa saja. Antara lain:
Pertama, yaum yang berhubungan dengan situasi. Pada ayat di atas, kata lidah, tangan, dan kaki terjadi perbedaan pendapat. Sebagian ulama mengatakan, sebagai kiasan bekas-bekas perbuatan pada saat hidup di dunia. Sebaliknya ada pula yang berpendapat dalam arti yang sebenarnya. Anggota tubuh manusia, kelak, memang dapat berbicara, sebagaimana mulut kita berbicara.
Anggota tubuh yang disebutkan di atas, itulah
yang berperan besar dalam melakukan perbuatan, dibanding dengan anggota tubuh
yang lain. Lidah dan mulut yang berbicara, yang yang menunjukkan segala
sesuatu, serta kaki yang membawa tubuh kemana-mana.
Kedua, yaum dimaknai sebagai hari khusus akhir alam dunia. Dalam surat al Ankabut [29]: 36 ini ditujukan (khususnya kepada kaum Madyan), yaitu kaumnya Nabi Syu’aib. Seruannya agar tidak melakukan perusakan. Karena kalau melakukan penghancuran dalam arti yang luas, maka akan berakibat gempa yang dahsyat. Namun, himbauan dari Nabi Syu’aib diabaikan. Maka pada akhir Ayat, dikatakan “sehingga mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.” Perlu diketahui bahwa kaum Nabi Syu’aib termasuk yang sedikit pengikutnya. Jumlah mereka dinamai rahth, orang yang kurang dari sepuluh. Diperkirakan tujuh sampai sepuluh orang saja.
Semoga di lain waktu kami dapat menulis tentang yaum yang ada
pertalian dengan masa kronologis atau waktu relatif.
Posting Komentar untuk "Yaum"