Jum'at Berkah
Sudah
ratusan kali kita mendengar Habl min Allah dan Habl min Annas,
saat seorang khotib atau penceramah memberikan tausiahnya. Selalu menjalin
hubungan yang baik antara manusia dengan Allah dan manusia dengan sesamanya.
Habl
min Allah adalah urusan pribadi dengan sang khalik. Orang lain
tidak mengetahui dengan pasti, orang tersebut sedang berdialog dengan Allah.
Sehingga dalam hal ini tidak ada ukuran atau parameternya.
Ketika
Umar ibn Khattab, sedang membutuhkan orang untuk menjadi pejabat, beliau
didatangi oleh seseorang dan merekomendasi orang lain untuk memegang jabatan tersebut. Maka terjadi percakapan:
“Apakah ia tetanggamu, yang kau kenal dari dekat?”
“Tidak”
jawabnya.
“Apakah
engkau pernah bertransaksi dengan dia?”
“Belum
pernah” katanya
“Apakah
engkau pernah mengadakan perjalanan dengan orang itu?”
“Belum
pernah” jawabnya.
“Jadi
bagaimana kau tahu mengenai orang itu, sehingga engkau berani merekomendasikan
untuk jabatan ini?” kata Umar
“Aku
sering melihat orang ini, dan kelihatannya sholat dan dzikirnya sangat khusu’” Katanya.
Umar
pun berkata “Aku tidak dapat menerima rekomendasi berdasarkan
pengamatan tentang hubungannya dengan Allah, yang tidak mungkin dinilai orang
lain”.
Tampak
jelas bahwa hubungan manusia dengan Allah tidak ada orang yang mengerti. Orang
lain akan mengetahui perilaku kita lewat Habl min Annas.
Dari
sini timbul Ilmu Manajemen. Para ahli mendefinisikan manajemen sebagai
pekerjaan yang telah ditentukan sebagai tujuan oleh organisasi melalui orang
lain yang bekerja sama dalam suatu koordinasi dan kepemimpinan. Sehingga
seorang manajer mau tak mau haruslah orang yang mampu membina hubungan yang
baik dengan orang lain.
Kalau
hanya hirarki, bagan, pendelegasian tugas, adalah persoalan yang mudah. Karena
setiap institusi atau lembaga memiliki alur kerja yang telah ditetapkan.
Demikian pula pembagian tugas, telah tertera dengan jelas. Persoalan yang
sering timbul, dan ini menjadi penghambat roda organisasi adalah membina
hubungan antar personal.
Seorang
manajer tentu berkeinginan agar bawahan dapat melaksanakan tugas sesuai dengan
perintahnya. Masing-masing devisi menerima pekerjaan sesuai dengan arahan
pimpinan. Bila semua telah melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab, maka
motivasi yang menggerakkan etos kerja telah berjalan dengan semestinya.
Kata
pakar strategi pengembangan sumber daya manusia, menyimpulkan bahwa mutu produk
ditentukan oleh attitude (sikap, perilaku) yang menyumbang 90% dan knowledge
(pengetahuan) hanya memberi kontribusi 10%
Bahan bacaa: Jurnal Ulumul Qur'an Vol II Tahun 1990
Posting Komentar untuk "Habl min Annas dan Etos Kerja"