Tulisan
berikut merupakan nukilan sebagian kecil dari Webinar yang diselenggarakan oleh
Dewan Profesor Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Tema yang
diangkat adalah “Unesco’s Concept for The Future Education”. Dipandu
langsung oleh Profesor Agus Rubiyanto.
United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
merupakan badan khusus Persyarikatan Bangsa-bangsa yang menangani pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Keamanan. Tujuannya mendukung perdamaian dan keamanan.
Unesco didirikan pada tahun 1945, berkedudukan di Paris, Perancis.
Konsep
pendidikan yang ditawarkan oleh Unesco ada dua macam yaitu Faure dan Delors.
Faure lebih dikenal dengan Learaning to be, belajar untuk menjadi
atau belajar untuk berkembang. Konsep ini ditelurkan pada tahun 1972, setelah
berakhirnya masa perang kolonial. Di sisi lain, negara sangat membutuhkan
tenaga trampil.
Mensikapi
permintaan negara-negara yang sedang berjuang membangun pendidikan dan
peradaban, unesco menawarkan dua buah konsep pendidikan yaitu, life long
education dan learning society. Prinsip lifelong education adalah
belajar sepanjang hayat. Dalam literatur Islam dikenal dengan belajar dari
ayunan sampai ke liang lahat.
Seorang Albert Einstein
pernah mengatakan ,”Education is what remains after one has
forgotten what one has learned in school.” Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan adalah hal yang tersisa setelah seseorang
melupakan apa yang telah dipelajari saat di sekolah. Ada kemungkinan, seseorang
akan mengerti dan paham, hanya pada saat di bangku sekolah. Selebihnya dilupakan. Kondisi ini tidak sejalan dengan belajar sepanjang hayat. Oleh
karenanya, pola seperti itu harus diubah, bahwa setiap saat harus dalam kondisi
belajar.
Setelah memiliki pola
belajar sepanjang masa, maka disambung dengan learning society ,
membentuk masyarakat belajar. Memberdayakan peran masyarakat dan keluarga dalam
bidang pendidikan, sering dikatakan pendidikan non formal. Di lingkungan
keluarga dibangun juga pemelajaran. Mereka mampu memberikan layanan kepada
anggota keluarganya sendiri.
Konsep Delors. Muncul
pada tahun 1996, dilatarbelakangi oleh berakhirnya perang dingin antara blok
barat dan timur. Disisi lain, terjadi arus globalisasi secara massif.
Menghadapi perubahan kondisi dunia yang semakin beragam, Unesco memberi konsep
pendidikan student centered learning (SCL). Dunia pendidikan diarahkan
pada satu pendekatan pemelajaran siswa atau mahasiswa yang aktif. Guru atau
dosen hanya berperan sebagai fasilitator.
SCL dapat terlaksana dengan
maksimal bila pengajar menerapkan tiga langkah. Pertama, berpikir sebagai
pembelajar. Artinya, guru atau dosen dituntut untuk terus belajar dan melakukan
inovasi. Kedua, memanfaatkan sumber belajar yang beragam. Internet sangat
membantu dalam menemukan sumber-sumber belajar. Perkembangan aplikasi gadget
juga turut serta membantu ketrampilan dalam sharing pengetahuan. Ketiga, meaningful
learning atau belajar bermakna. Belajar tidak harus menghafal konsep.
Belajar bermakna lebih mengutamakan menghubungkan antar teori, sehingga
siswa mampu menemukan sebuah kesimpulan baru.
Posting Komentar untuk "Konsep Pendidikan menurut UNESCO"